October 01, 2011

Anak Bangsa, Kontributor Peradaban Berkarakter

Bukanlah hal yang tabu untuk membicarakan masalah-masalah yang terjadi dewasa ini. Fakta yang terjadi sekarang adalah masalah-masalah internal yang kecil dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai aksi kekerasan seperti tawuran antar pelajar, tawuran antar warga, aksi teror atas nama agama yang berujung kerusuhan telah terjadi di berbagai tempat di penjuru negeri ini. Sudah sangat terlihat aksi-aksi rasisme yang menunjukkan kebencian terhadap kelompok yang berbeda dan menggunakan aksi kekerasan sebagai solusi dalam mengatasi berbagai masalah bahkan untuk masalah yang kecil atau tidak terlalu kompleks yang sebetulnya tidak memerlukan kekerasan di dalamnya. Aktifitas tidak beradab tersebut bukan hanya terjadi di kalangan orang dewasa, namun juga terkontaminasi kepada anak-anak bangsa yang seharusnya menjadi generasi kebanggaan penerus bangsa. Kejadian-kejadian seperti tawuran antar pelajar, rasisme dan perkoncoan di dalam sekolah tampak secara jelas seiring dengan perkembangan Indonesia.



Jika ditinjau secara konstitusional, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila, sebenarnya sudah mengungkapkan secara jelas cita-cita negara ini mengenai budi pekerti yang tertib dan beradab. Lebih lagi, tersirat secara eksplisit di dalam kelima sila dalam dasar Negara kita menginginkan peradaban masa depan yang adil, tertib dan beradab. Kelima sila tersebut adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada sila pertama ini, menunjukkan bahwa seluruh warga Negara memiliki beragam kepercayaan atau agama, Tapi tetap satu dan dalam konsepsi Ketuhanan yang esa. Tidak ada batasan ataupun larangan untuk keharusan memilih satu agama. Dan negara menjamin hak hak orang untuk beragama. Berkaitan dengan masalah ini, dalam semua agama mengajarkan tentang moral yang baik dan mengingatkan untuk bertoleransi dan membangun silaturahmi dengan agama lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Terlihat jelas dalam sila kedua bahwa cita-cita negeri ini adalah untuk mewujudkan humanis-humanis yang bermanusiawi, bertingkah, berpijak dalam moral dan agama, adil dan bertanggung jawab. Sila kedua lebih menekankan akan pentingnya membangun pribadi manusiawi antar sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia.
Sila Persatuan tujuannya untuk mengikat Indonesia dalam satu tali persatuan di antara keberagaman dan beraneka macam kebudayaan, suku, agama, ras, etnik dan lain-lain yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Sila berlambang pohon beringin ini menekankan akan adanya “Unity in diversity”.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sila ke-4 ini, berkaitan dengan karakter bangsa dalam berdemokrasi dan bermusyawarah untuk mufakat. Tidak berbeda dengan kehidupan masyarakat, dalam pemerintahan pun karakter beradab dan teratur itu pun harus selalu dilestarikan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan sangat perlu diterapkan dalam kehidupan sosial. Mulai dari pemerintah pusat, sampai di daerah pedalaman, Keadilan merupakan hal paling mendasar yang seharusnya diterapkan. Karena ketiadaan keadilan tersebut yang bisa menjadi sumber masalah-masalah di negeri ini.

Hingga saat ini, nilai-nilai agama yang tumbuh di Indonesia sejak jaman dulu, mulai ditinggalkan. Nilai-nilai musyawarah untuk mufakat yang ditegaskan dalam sila ke-4 juga telah dicampakkan karena masyarakat lebih memilih tindakan-tindakan yang memaksakan kehendak untuk mencari hasil. Begitu pula halnya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab telah dilumuri dengan munculnya berbagai macam kasus pelanggaran hak asasi manusia, termasuk hak-hak anak, perempuan, dan lain-lain. Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan dan bertambah kental hari demi hari, mulai memudar dan ditinggalkan.

Bukti dan realita yang sekarang terjadi adalah adanya teror yang mengatas namakan agama dan juga rasisme berdasarkan keyakinan. Hal itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia masih miskin akan kemampuan untuk mengerti maksud dari sila paling pertama dalam dasar negara kita. Begitu pula dengan adanya rasisme, kekerasan, dan hal-hal lainnya yang dapat memecah belah kerukunan merupakan fakta dan realita bahwa masyarakat Indonesia belum merealisasikan setiap sila dalam dasar Negara kita.

Masalah-masalah tersebut bukan hanya terjadi di kalangan bawah dari Negara ini. Yang dimaksudkan kalangan bawah disini adalah kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi kecil yang berada jauh di luar pemerintahan pusat. Namun, dalam pemerintahan pusat dan pejabat-pejabat Negara juga banyak ditemui kasus-kasus yang berhubungan dengan ketiadaan implementasi pancasila tersebut. Contohnya adalah kasus korupsi para pemuka Negara yang menyengsarakan rakyat, penyuapan hakim, dan lain-lain. Konkritnya, bisa kita lihat pada kasus Nunun Nurbaety yang merupakan mantan bendahara partai demokrat, Nazarudin yang terlibat kasus korupsi, dan lain-lain. Semua itu merupakan bukti miskinnya moral dan mental pada area pemerintahan pusat.

Terhadap masalah-masalah tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia saat ini masih mengalami kemiskinan moral. Contoh dari kemiskinan moral antara lain : Memaksakan kehendak, memprovokasi masyarakat, melakukan tindakan kekerasan, dan lain-lain. Bangsa yang besar bukan hanya mengenai intelektual, namun juga kekayaan moral dan rasa cinta tanah air dalam setiap diri warga Negara. Untuk merealisasikannya, diperlukan adanya pembentukan karakter dalam masyarakat. Pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral merupakan cara yang paling ampuh untuk membentuk Negara yang beradab dan tertib. Membangun negara, adalah dengan membangun karakter bangsa terlebih dahulu, dan itu dimulai dari setiap individu. Sementara itu, implementasi dari cara tersebut disesuaikan dengan prioritas yang dibutuhkan dalam negara. Untuk melaksanakan cara ampuh tersebut, langkah-langkahnya terbagi menjadi pertanyaan-pertanyaan berikut :
• Kenapa harus ada pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral?
• Untuk apa dan kapan pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral itu dilakukan?
• Bagaimana cara membentuk karakter dan menanam nilai-nilai moral dalam diri masyarakat?
• Hasil apa yang dicapai oleh pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, terdapat pada uraian berikut ini :

Kenapa harus ada pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral?
Seiring dengan maraknya masalah-masalah dan kasus-kasus yang terjadi belakangan ini, maka perlu adanya tindak lanjut yang dapat mengubah suasana secara cepat. Perlu adanya ide-ide cemerlang yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Karena ditinjau dari latar belakang penyebab terjadinya kasus-kasus tersebut adalah kemiskinan moral yang masih dialami oleh bangsa Indonesia yang menyebabkan semuanya tidak tertib dan beradab.

Sebagai anak bangsa, meyakini bahwa cara paling ampuh untuk menyelesaikan, mengatasi, dan mencegah masalah tersebut demi mengembalikan citra Indonesia adalah dengan karakterisasi dan penanaman nilai-nilai moral. Mengapa cara ini ampuh? Karakterisasi merupakan cara awal untuk membangun Negara atau peradaban bangsa. Cara awal untuk membangun keduanya dimulai dari membangun subjek-subjek pembangun negeri ini. Subjek-subjek tak lain merupakan seluruh stakeholder dalam negara, baik itu pemerintah dan juga warga negara. Karakterisasi yang paling efektif adalah dari dalam keluar, hal ini mengindikasikan bahwa harus adanya kesadaran dalam tiap individu untuk mau mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik, dengan perubahan yang ada dalam setiap individu, maka otomatis, negara akan dibangun dengan mudah sebab telah terbentuk karakter bangsa yang solid. Selain itu, karakterisasi akan memberi dampak positif yang sinergis seperti ¬¬cara ini dapat dilakukan untuk diterapkan pada semua aspek kehidupan dan semua subjek pengatur Negara. Mulai dari pemerintahan pusat sampai organisasi di dalam sekolah. Mulai dari keluarga di rumah sampai masyarakat luas. Mulai dari anak-anak, sampai orang dewasa, dan seterusnya.

Negara yang berhasil dengan cara pembentukan karakter dan nilai-nilai moralitas adalah Negara Jepang. Di Jepang, masyarakat bisa antri dengan luar biasa sabar sepanjang 500 meter untuk masuk pusat perbelanjaan. Jepang memang sangat membudayakan budaya antri dan hal itu adalah salah satu cara pembentukan moral yang baik. Disamping itu, sejak kecil, anak-anak sudah diajarkan untuk cinta tanah air sehingga mereka mencintai bumi pertiwi mereka dan bisa mengorbankan apa saja untuk membela Negara. Kedua hal tersebut menggambarkan bahwa Jepang itu tertib, beradab dan berkarakter. Tak ayal mereka menjadi salah satu Negara dengan perkembangan Industri terbesar di dunia. Kesimpulannya, bahwa Negara yang tertib dan berkarakter dapat membuat Negara tersebut maju.

Di Indonesia sendiri, sudah pernah terbentuk karakter bangsa. Namun, dewasa ini karakter bangsa tersebut telah dikotori dengan hal-hal yang bersifat egoisme dan memaksakan kehendak. kegiatan yang mengusahakan kepada kecintaan tanah air dan pelajaran mental yang bersifat pancasilais sudah berkurang. Nilai-nilai moral dan mental yang tercantum dalam pancasila dan diambil dari norma agama dan norma-norma lain yang sudah diterapkan di Indonesia sejak jaman dulu, sudah mulai memudar. Jadi, yang diperlukan sekarang adalah improvement dan merestorasi kembali mental dengan cara membentuk karakter bangsa yang baru yang sesuai dengan pancasila.

Budaya tertib dan beradab itu perlu diterapkan dalam suatu Negara yang ingin maju. Karena untuk mendukung semua itu, diperlukan adanya dukungan dari semua pihak dalam sinergitas dan integritas dalam bekerja dengan mengedapankan pembangunan bangsa dan negara yang berkarakter

Untuk apa dan kapan pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral itu dilakukan?
Tujuan dari pembentukan karakter dan penanaman nilai-niai moral ini adalah untuk membentuk peradaban bangsa yang berkarakter. Peradaban bangsa disini sudah termasuk masyarakat yang global, universal, dan sebagainya. Sedangkan berkarakter sudah termasuk beradab, tertib, cinta tanah air, dan lain sebagainya. Pembentukan karakter memiliki tujuan untuk membangun kembali nilai-nilai luhur bangsa yang selama ini sudah pudar agar muncul kembali ke permukaan. Nilai-nilai luhur disitu termasuk nilai-nilai agama, kemanusiaan, sosial, moral, musyawarah, dan lain-lain. Jika telah terbentuk kembai karakter bangsa dan tertanam kembali nilai-nilai luhur dalam diri masyarakat, maka Indonesia telah melakukan langkah yang tepat untuk mewujudkan peradaban bangsa yang berkarakter, modern, dan maju.

Mengenai kapan pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral ini dilakukan, yang perlu diketahui adalah membentuk kembali berarti menjadi lebih baik. Untuk menjadi lebih baik, tidak peduli kapan waktunya. Mulai dari sekarang, pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral perlu dijalankan.

Bagaimana cara membentuk karakter dan menanam nilai-nilai moral dalam diri masyarakat?
Untuk membentuk dan menanamkan niai-nilai moral serta mengaplikasikannya dalam diri masyarakat sebanyak ini, memang tidak semudah membalik telapak tangan. Jadi, untuk benar-benar merealisasikan cara yang ampuh ini, diperlukan adanya skala prioritas. Skala prioritas ini bertujuan agar lebih terarah dalam merealisasikan pembentukan karakter. Dengan kata lain, kita perlu mengetahui mana yang harus lebih dikonsentrasikan untuk dibangun di Indonesia. Yang harus diprioritaskan untuk dibangun karakternya adalah anak-anak. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak akan lebih cepat untuk dibangun karakternya. Jadi, karena kita memilih yang paling efektif, maka paling tidak anak bangsa harus mendapatkan 80% konsentrasi untuk dibangun karakternya sedangkan 20% yang lain adalah untuk orang dewasa. Angka persentasi tersebut ditinjau dengan menggunakan indikator keefektifan dan keberhasilan yang dicapai. Mengapa orang dewasa hanya 20%? Karena sudah terlambat untuk membentuk karakter orang dewasa. Lebih susah dan tidak efektif membangun karakter orang dewasa karena selama bertahun-tahun karakter mereka sudah terbentuk seperti itu dan akan susah untuk diubah. Apalagi, untuk diubah perlu adanya restorasi pikiran atau melakukan pemikiran kembali. Dan cara tersebut tidak seefektif pembentukan karakter pada anak bangsa.

Anak bangsa adalah masa depan bangsa. Maka, dengan pembentukan kepribadian pada anak-anak bangsa, akan tercapai peradaban bangsa yang kuat, berkarakter dan beradab. Langkah-langkah untuk membangun peradaban bangsa dengan anak-anak sebagai subjek adalah :

1. Dalam diri
Karena anak bangsa sebagai subjek pembentukan karakter, maka langkah pertama adalah harus ada motivasi dari dalam diri masing-masing anak untuk membentuk karakter yang lebih baik dan menegakkan budi pekerti yang luhur. Langkah pertama ini, dilakukan dari dalam diri anak bangsa ke luar. Saat ini, anak bangsa perlu melakukan perubahan. Jika hanya satu anak atau sekelompok anak yang mengajarkan kepada pembentukan budi pekerti dan karakter yang baik, maka anak-anak bangsa yang lain pun akan terpengaruh juga untuk melakukan hal-hal baik. Dengan menegakkan budi pekerti yang luhur dan mengamalkan kelima sila dalam pancasila, maka anak bangsa telah melakukan perubahan dalam peradaban yang maju di Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga merupakan penerapan hak dan kewajiban anak yang selaras dengan nilai-nilai luhur. Hak anak untuk bebas melakukan perubahan dalam dirinya yang membangun karakternya dan kewajibannya untuk turut melakukan perbaikan karakter demi membangun Negara Indonesia yang idaman.

2. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi terkecil. Jika dibangun sebuah rumah yang merupakan karakter anak, maka pondasinya adalah dalam keluarga. Keluarga yang berkarakter adalah keluarga yang beradab dan tertib. Dan juga yang mengamalkan sendi-sendi budi pekerti yang luhur. Keluarga yang kuat juga merupakan keluarga yang berpedoman kepada agama dan dasar negaranya.
Untuk melakukan pembentukan karakter, langkah kedua setelah dari diri sendiri adalah di dalam keluarga. Seorang anak dalam keluarga yang berkarakter, maka akan terbentuk anak yang berbudi pekerti luhur. Dalam keluarga dapat diajarkan penguatan-penguatan yang pancasilais yang dapat membangun anak dan membuka pikirannya untuk melakukan perubahan dan pembentukan karakter. Langkah kedua ini merupakan langkah penguatan yang menguatkan anak bangsa menjadi lebih pancasilais.

3. Sekolah
Dalam sekolah, pelajaran yang mengajarkan tentang budi pekerti luhur dan moral merupakan salah satu cara yang juga penting dalam pembentukan karakter anak bangsa. Menjadikan anak bangsa lebih cinta akan tanah air merupakan salah satu tujuan dari langkah ke-3 ini.


4. Masyarakat
Di dalam masyarakat, anak yang terpengaruh dengan lingkungan yang baik merupakan salah satu cara pembentukan karakter anak bangsa. Dengan cara masyarakat yang mempengaruhi anak bangsa untuk menjadi lebih baik, anak bangsa dapat melakukan accelerate transformation atau transformasi yang cepat. Transformasi sendiri merupakan perubahan yang berpacu untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Transformasi tersebut dapat mengembaikan niai-niai luhur yang telah lama luntur.

Dengan 4 langkah pembentukan karakter di atas, diyakini bahwa perlahan-lahan Indonesia akan menjadi Negara yang mempunyai kekayaan moral dan mental yang baik. Anak bangsalah yang membangun peradaban bangsa yang berkarakter. 4 langkah di atas akan menunjukkan bahwa anak menjadi subjek pembangun dan pentransformasi sendi-sendi budi pekerti dan nilai-niai luhur yang akan membawa Negara ini kepada peradaban bangsa yang berkarakter.

Hasil apa yang dicapai oleh pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral?
Masyarakat global adalah masyarakat yang mendunia dan berwawasan universal. Dengan anak bangsa yang memangku peradaban berkarakter, maka Indonesia akan menjadi Negara yang maju dengan masyarakat yang global dan tertib. Terjawab sudah cara mengatasi masalah-masalah karena kemiskinan moral tersebut. Serta cara penanaman nilai-nilai luhur di dalam kehidupan anak dan orang dewasa, baik secara pribadi maupun kelompok. Selain itu, karakterisasi juga merupakan salah satu penerapan hak dan kewajiban anak yang selaras dengan nilai-nilai luhur di Indonesia.

Anak bangsa yang sudah terbentuk karakternya dan ditanamkan nilai-nilai moral, akan mengerti bahwa perbedaan itu indah dan mereka akan menghargai perbedaan itu sendiri. Bayangkanlah jika di Negara yang tercinta ini, diisi dengan semua anak bangsa yang berkarakter dan beradab serta tertib. Maka sudah bisa tertebak masa depan Indonesia yang cerah dan indah. Selain itu, dengan adanya pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral pun, maka Indonesia telah siap dalam menghadapi rekonsiliasi besar-besaran pada 2014.

Untuk mewujudkan nilai-nilai luhur pada Negara Indonesia dan seluruh masyarakatnya, maka dimulai dari anak bangsa sebagai subjek pembangun dan pentransformasi sendi-sendi budi pekerti dan nilai-nilai luhur demi tercapainya peradaban bangsa yang berkarakter.

No comments:

Post a Comment